“Lu diem aja, gw yang ngatur hidup gw sendiri. Gw tuh udah besar tau Pah!”, itu kata-kata yang dilemparkan seorang gadis muda kepada ayahnya.
“Kalo papah ga suka aku disini, aku pergi saja”, dia mengambil tasnya lalu mengeloyor pergi. Mungkin ke rumah temannya. Mungkin ke café. Mungkin ke mall.
Ayah semakin marah dan berteriak, sedangkan ibunya menangis.
Bertahun-tahun yang lalu:
“Sekali lagi kamu lempar itu, papa marah!”, sang ayah mengancam anaknya
Anak berusia tiga tahun itu melempar ayahnya dengan rubik, lalu melempar juga mainan pesawat ayahnya.
Ayahnya emosi.
Dia melempar anaknya ke kasur. Sang anak diem aja. Dengan mata melotot sang ayah memarahi anaknya. “Kalau LU tidak nurut, LU keluar aja! Sana keluar sendiri!”
“Pake ngancem-ngancem segala!”, begitu terus sang ayah.
Sang anak gadis diam menunduk. Ayahnya mengepalkan tangannya di depannya. Tidak memukul. Tidak mengancam. Namun menahan emosi yang teramat sangat.
Sang ayah menggendong anaknya turun untuk menyuruhnya keluar.
“LU keluar aja sendiri”, begitu geramnya.
Kadang penyesalan atau teringat sesuatu itu memang tepat pada waktunya.
Tepat ketika keadaan sudah memburuk.
Saat itu mungkin kita terkenang apa yang telah kita lakukan.
Siapa yang bertanggung jawab ketika anak nakal?
Kadang kita heran mengapa anak kita begitu nakalnya. Siapa yang ngajarin.
Tentu kita tidak bisa menyalahkan Tuhan atas titipanNya.
Mengapa anak kita sulit diatur. Itulah cobaan kita. Seperti cobaan soal-soal matematika yang harus kita selesaikan.
Kita harus berusaha sebaiknya untuk menyelesaikan soal-soal itu. Apalagi ini titipan Tuhan.
Ingatlah apa yang kita tanam, itulah yang kita tuai.
Jari itu seharusnya menunjuk kepada kita sendiri.
LU dan GW itu kita yang mengajarkan.
Ancam-ancaman juga kita yang mengajarkan.
YOUTUBE juga kita. Gadget juga kita. COKELAT juga kita. ICE CREAM juga kita.
Bila dulu boleh maen YOUTUBE kenapa sekarang TIDAK? Kontroversi. Harus dijelaskan.
Bila dulu dibelikan COKELAT, kenapa sekarang TIDAK BOLEH dimakan. Kontroversi juga.
Kenapa PAPA dan MOMMY manggil LU GW? Dan aku tidak boleh?
Kenapa PAPA dan MOMMY berantem di depanku, dan aku tidak boleh?
Semoga kita sempat beristighfar sebelum terlambat.
Tidak semua punya anak, ada yang sulit sekali.
Anak harus dikasihi dan diberi contoh yang baik. Bila ada masalah, seperti soal matematika tadi. Berusahalah memecahkannya. Titipan ini dari Allah swt lho. Titipan ini baik dan buruk ada rapornya lho.
Syukur-syukur kita tidak mengeluh terus dan selalu ingat mendoakan anak kita setelah sholat.
Kalo doa aja tidak, apa yang kita harapkan?
Anak kita tiba-tiba hapal Al-Quran gt?
Yang sharing belum tentu baik juga. Mohon maaf bila ada salah kata.